Ketakutan akan Malam
Ini soal waktu, ya malam. Belakangan hari ini berjalan malam menjadi pilihan yang paling mengasikaan, di tengah hiruk-pikuk politik ekonomi serta polusi di Indonesia yang akut tak berkesudahan. Memilih menjelajahi malam seakan melihat suasana dunia—atau Indonesia jika tidak ingin dikatakana lebay—seraya berada pada dimensi waktu yang silam, dimana gerak-gerik kepadatan penduduk, kendaraan serta polusi udara masih bisa kita ukur dalam kacamata tak berminus… Perjalan gue menyusuri malam memberikan lecetan—untuk tidak dibilang lebay jika menggunakan kata goresan atau catatan—yang berharga. Gimane engga!!, embayangin jika dunia yang semakin menuju gerak tak beraturan serta masuk jurang–sama percis dengan apa yang diramalkan oleh Nietsce, halah.. dengan kenihilan ini–dimasukin oleh mereka pengguna siang dengan mencari kesibukan berbentuk uang… bisa-bisa malam akan menjadi sama seperti siang yang kita asingkan.. uyeah!!.. hahahehe…
Dunia modern memberikan kita akses yang sangat berharga dibidang teknologi, jarak yang bisa ditempuh antara Jawa ke Sumatra hanya beberapa jam bisa sampe naik pesawat terbang. Tilifun memberikan akses kemudahan diwilayah komunikasi jika datang langsung terkesan buang-buang uang karena hanya beberapa kata yang ingin di informasikan, atau malah mau mencari sesuatu yang sifatnya lebih global dan spesifik kita bisa menggunakan Google.com atau youtube.com sebagai mesin pencari yang ajaib, bahkan untuk dapet nilai “A” orang gak usah susah-susah baca buku tinggal, copy-paste langsung jadi tugas UAS atau UTS.. hahahaaa…
Siang sebagai sebuah rangkaiaan waktu udah digunain orang untuk banyak hal yang bisa dikerjain, siang menjadi pilihan bagi semua orang untuk beraktifitas, bahkan dulu kita akan merasa tabu jika pada malam hari kita beraktifitas normal seperti siang. Gue gak tau sejak kapan ada kesepakatan dunia internasional menetapkan siang sebagai sebuah waktu normal untuk orang beraktifitas. Apakah jaman dulu, waktu kita masih menggunakan dedaunan sebagai penutup kemaluan ada consensus yang menetapkan tentang hukum siang dan malam.. siang waktunya melek, malam waktunya bobo.. haaaah!!! Gimana logikanya dibalik… malam jadi siang, siang jadi malam??#ea pada marah gak ye dedengkot-dedengkot manusia??? Atau gue malah mendapatkan serangan demonstrasi sama mereka yang kerjaannya tidur mulu, siang tidur, malem tidur..??? atau gue dipenjarakan dunia internasional sama PBB?? Di camp konsentrasi Guantanamo bersama tahanan yang katanya terorirs dan penjahat kelas dunia??
Hah!! Yang jelas gue gak abis pikir membayangkan ketika manusia modern hari ini yang punya pemahaman mencari uang sebagai jalan satu satunya penyelesaiaan masalah dunia kontenporer… halah.. sampe menggunakan malam sebagai aktifitas memburu kekayaan sama uang semata #cie, setau gue dunia barat gak ada berenti berentinye cari uang sekalipun ujung napas udah di tenggorokan.. liat aje orang orang yang waktu sekarat bilangnye malah ; “… .harta bapak yang ditanah sebrang tolong diurus, coba tilipun Lionel Mesi untuk nanem-saham disana atau Pak Harto, biar bisnis kita jalan terus.. baah!! Apa bae ini orang..
Kalo malam penuh orang dan kendaraan, lalu dimana tempat bagi orang orang yang mencari ketenangan serta kebebasan tentang mengekspresikan???? di Pantai?? Udah diuruk pasirnye… di Alam??? Alam mana yang belum dikapling sama pengguna siang???? Dufan??? Tutp kalo malem bro… sevel? Bocen hehehe..
Ini soal waktu. Malam nama pangilannya.
Tidak ada komentar: