Kuba dan Cita-cita Kesejahteraan
Kuba bukan barang baru untuk dibicarakan. Namun cerita tentangnya bisa saja panjang dan mungkin saja bisa menjadi pelajaran bagi orang orang yang melihatnya dengan semangat anti penindasan. Kuba dari zaman ke zaman mengalami fase yang sama seperti bangsa bangsa dunia ketiga lainnya, tanah yang dicintai oleh rakyatnya juga air yang dimiliki dan udara yang menjadi syarat kehidupan bangsanya sempat dirampas oleh sekian banyak bangsa bangsa yang merasa unggul dalam peradaban.
Di bawah Sepanyol lalu kemudian Amerika diteruskan oleh bangsanya sendiri yang menjadi boneka kekuasaan barat dan akhirnya putus ditangan pimpinan revolusioner Kuba yakni Fidel Castro yang di hina oleh bangsa bangsa barat karena tidak menuruti kemauan nya. Bahkan sampai tulisan ini jadi dibuat, kucilan itu masih bertahan.
Sebagai bangsa dan sebagai Negara Kuba juga menjadi sesosok yang unik. Bisa kita baca secara historisitas sejarahnya, bagaimana kuba pada saat mengalami embargo ekonomi politik oleh Amerika.
Betapa kelimpungan nya kuba dan betapa hancur perekonomian nasional kuba, perlu dicatat bahwa kebijakan apa yang justru diambil oleh kuba untuk menyelamatkan perekonomian nya yang sedang di embargo oleh kekuatan Amerika??.
Kuba menyelesaikannya dengan menyelamatkan produksi tembakau nya yang terkenal sampai menjadi cerutu sesuatu yang khas dari Kuba. Sesuatu yang bisa saja dilihat oleh kita orang Indonesia sebagai sesuatu yang melanggar moral, sesuatu yang bisa di lihat dari kaca mata kesehatan ia merusak dan mematikan (katanya).
Negara ini pada masa masa pertarungan kekuatan besar dunia sempat menjadi kekuatan tangan dari salah satu kekuatan besar lainya, yakni; Uni Soviet. Bagai mana dunia mengalami situasi yang amat sangat mencekam karena produksi dan keberedaraan senjata pemusnah massal ada di mana mana dan siap diluncurkan atau ditembakkan kapan saja.
Kuba menjadi pangkalan perang Uni Soviet yang jaraknya tidak amat jauh dari Wasington-AS. USSR juga sempat melancarkan empat buah kapal berteknologi tinggi pada masanya yang pada awalnya tidak terditeksi oleh angkatan laut AS. Ini bukti bahwa peperangan yang terjadi dan niat dari kedua kubu untuk saling menghancurkan sangat tinggi, dunia ada dalam situasi krisis – Crisis Misil.
Dalam selanjutnya kita juga akan mengetahui bagai mana Kuba dengan pemerintahan Sosialis ala Kuba-nya berhasil keluar bukan sebagai pemenang namun lebih tepatnya sebagai Negara yang mampu berdiri tanpa campur tangan kekuatan ekonomi pasar liberal. Kuba dengan kelompoknya mampu membangun New Historical Block bagi kehidupan ekonomi juga politiknya.
Hal ini juga yang sempat dibangun oleh Sukarno dengan gerakan non-blok nya dan Ganefo. Sesuatu yang menunjukan usaha dan pernyataan kepada dunia dan manusia bahwa tanpa Asing-pun suatu bangsa yang telah dan baru saja merdeka pun mampu bangkit dan mengatakan tidak pada sesuatu yang jelas jelas mencelakakan. nah.. sekarang mari kita mulai.
Situasi Dunia
Perang dingin telah berakhir. Simbol ideologi telah menemukan pemenangnya – kapitalisme merajalela. Hal ini didorong juga oleh media yang berhasil mem-booming-kan tesis Fukuyama keseluruh dunia, namun hal itu tidak lama. Krisis yang beberapa kali terjadi di negara-negara pasar bebas bukan semata-mata krisis biasa tetapi krisis itu juga menghantam tatanan ekonomi global secara keseluruhan. Krisis yang terjadi merupakan mekanisme internal kapitalisme sendiri, ada kontradiksi di dalamnya, yang kapan waktu dapat meledak.
Di satu sisi kita menemukan negara negara yang sedang tumbuh tidak dibawah kaki AS(Capital). China – Venezuela – Iran – Nikaraguay sampai Kuba adalah bukti negara yang masih mampu bertahan bahkan berkembang ke arah yang lebih maju meskipun mereka mengacungkan moncong senjata kepada Amerika dan Eropa.
Dan media tidak mampu mengangkatnya menjadi sesuatu yang booming, sama seperti apa yang mereka lakukan pada tesis Fukuyama di dekade awal tahun 90-an. dan ini terlihat bagaimana kemudian modal sampai mampu mengendalikan media sebagai alat pencitraan yang sesungguhnya ia (media) adalah sesuatu yang independen dan tidak berpihak.
Kuba – Menebar benih Sosialisme
Pasca runtuhnya rezim boneka AS-Batista di Kuba, dunia semakin tercengang. Musuh AS bertambah, Amerika Latin bergerola menuntut untuk rakyatnya mampu dan tidak mau diganggu (intervensi) dari kekuatan AS yang pada dasarnya hanya menjadikan mereka budak murah tak berharga.
Fidel Castro dan pemerintahan revolusioner nya mampu bertahan dari serangan dan provokasi AS. Pemblokadean ekonomi politik yang di lakukan AS tidak mampu meruntuhkan keteguhan rakyatnya untuk tetap memilih merdeka 100% bahkan karena hal itu muncul keprihatinan yang menghasilkan solidaritas negara negara yang menentang AS terutama Uni-Soviet.
Ada banyak hal yang dilakukan kuba dalam membangun benih sosialisme nya. Yang ini kemudian biasa dikatakan sebagai politik menutup diri atau tirai bambu. Setiap negara sosialisme dapat dibaca bahwa kemudian sebagai awalan pasti mereka melakukan itu, semisal contoh China dalam masa Mao juga Korea Utara yang sampai saat ini masih menjadi negara yang tertutup dari hal luar(tirai bambu).
Nasionalisasi aset aset negara dan pabrik pabrik milik AS yang berada di kuba, Pemerintahan terus melakukan kebijakan nya menasionalisasikan semua perusahaan Amerika Serikat seperti perusahaan gula, 2 perusahaan elektrik Co, dan Cuban telephone Co, tiga buah bank. Penasionalisasian yang dilakukan oleh Castro dan rakyatnya tersebut tanpa adanya ganti rugi terhadap pihak Amerika Serikat. Amerika Serikat diperkirakan mengalami kerugian sekitar US $ 1,5 bilion.
Di wilayah agraria kuba melakukan reforma-agraria yang menjadi landasan awal untuk negara yang bercorak agraris agar dapat maju dengan agraria nya pada tahun tahun Revolusi 1959 kuba telah melakukan nya dengan mengubah peternakan-peternakan, perkebunan-perkebunan milik AS menjadi pertanian Negara. Dan pada tahun 1962 pembaharuan tahap kedua pun dilakukan dengan mengambil alih 63% tanah terlantar menjadi milik negara dan di distribusikan kepada rakyatnya.
Akhir 2010 kemarin kita mendapat berita dari salah satu anggota dewan kita Rieke Diah Pietaloka yang baru saja mengunjungi negeri Havana tersebut dan dalam salah satu media dia mengatakan bahwa “saya iri terhadap kuba.. sewaktu saya masuk rumah sakit saya tidak menemukan adanya mekanisme pembayaran.. artinya GRATIS.. begitu juga di sekolah sekolah mereka.. saya iri dengan kuba..”
Inilah yang dilakukan Castro sejak awal selain kemudian ia terfokus dengan pabrik gula yang memang menjadi produksi tetap dari dulu dan agraria nya, ia tidak lupa bahwa salah satu cara untuk memotong mata rantai terkecil dari kapitalisme adalah dengan merebut alat produksi pengetahuan yang menjadi turunnya adalah pendidikan(sekolah-sekolah).
Dimasa masa krisis kuba, castro menginstruksikan rakyatnya untuk membangun pemukiman di daerah pedesaan dan menyerukan kepada rakyat kota untuk menyumbangkan tenaga mereka untuk bekerja dalam jangka waktu dari 2 minggu sampai 2 tahun. Dan di dekade akhir dari perang dingin pasca soviet runtuh kuba malah melakukan penolakan atas Revolusi Hijau yang menjadi gagasan dunia pada tahun pertengahan tahun 70-an.
Cita – Cita Kesejahteraan
Kuba menjadi salah satu contoh dimana kebenaran tunggal AS dan eropa atas klaimnya tentang the end of history-nya telah gagal. Pengkerdilan negara negara sosialis oleh AS menjadi ancaman balik ketika eropa di landa krisis capital yang menjadi turunan dari konflik internalnya sendiri. Negara negara yang selama ini dikampanyekan sebagai negara terbelakang dan ketinggalan zaman kini berusaha secara alamiah mencapai posisi yang sebenar-benarnya ia di tempatkan oleh masyarakat dunia. Krisis capital tidak mengganggu secara lebih kepada mereka yang sedang membangun block-social atau new-historical block punya skema sendiri dalam logika ekonomi yang lebih sehat.
Karena akan ada pertanyaan bahwa kenapa Kuba sebagai negara yang mempunyai pondasi awal sama dengan China tidak mampu sama seperti nya?? Kita juga harus mampu menilai secara objektif. Bahwa apa yang ada dan bisa dilakukan oleh kuba jauh berbeda dengan China. Secara geografis saja kita bisa melihat, juga soal Kuba yang amat dekat dengan AS sang Imperial, sadar atau tidak sadar bahwa logika Doktrin Truman dan Marshal Plan masih berlaku yang pada saat perang dingin ini dikeluarkan bahwa ada keharusan untuk pembendungan paham marxist menyebar ke mana mana.
Namun untuk ukuran negara yang cukup gersang dan kecil ini kuba masih dikatagorikan sebagai negara yang berhasil dalam mengelola alam dan sumber manusianya menjadi sesuatau yang disebut kesejahteraan. meskipun belum mencapai kesempurnaan.
03-11-2012
Tidak ada komentar: