Vietnam; konsolidasi demokrasi 1945-1975

Ho Chi Min
Vietnam adalah salah satu Negara di kawasan Asia Tenggara yang secara politik mengambil jalan pemahaman komunisme. Dalam catatan sejarahnya, perang kemerdekaan bangsa Vietnam tidak bisa dilepaskan dari kegigihan dan militansi hampir sebagian besar kelompok kelompok komunis yang menentang dominasi ekonomi dan politik di negerinya. Imperialisme kira kira itu yang menjadi alasan bersatunya hampir semua bangsa bangsa di Asia Tenggara dalam hal menentukan nasibnya sendiri, termaksutd Vietnam di dalamnya. 

Dalam legenda, kerajaan awal yang berdiri di wilayah Vietnam adalah Van Lang sekitar tahun 279 SM. Selain kerajaan Van Lang ada juga kerajaan Au Lac yang berdiri sekitar tahun 270 SM sampai datangnya bala tentara dari kerajaan China[1] yang mengahacur leburkan kerajaan itu. Kehidupan Vietnam berganti, pada abad ke dua dominasi orang orang Cina merasuk hampir setiap relung dalam praktik berkehidupan bangsa Vietnam, mulai dari ekonomi-politik-sosial budaya[2].

Kehidupan ekonomi-politik Vietnam berada langsung di bawah kekuasaan kekaisaran China. Hampir sebagian besar masyarakat Vietnam menjalankan nilai-nilai Konfusianisme karena pengaruh itu.  Selain itu pula kita dapat melihat pengaruh Bbangsa China di Vietnam dari aksara dan bentuk bangunan yang kesemuanya bercorak ke-China-China-an[3], dan pada akhirnya akulturasi ini membentuk kebudayaan Vietnam sampai sekarang.

Sejarah Vietnam bisa dimulai dari ketika dominasi China atas Vietnam dimulai[4], dimana catatan catatan atas wilayah (Vietnam sekarang) itu banyak ditemukan. Ini berkat tradisi masyarakat China yang sudah mengenal dunia tulis menulis dan punya keberanian untuk mencatat apapun yang terjadi.

Sampai pada akhirnya belenggu atas pendudukan dinasti China di Vietnam berakhir pada 938M. Namun sejarah kolonialisasi Vietnam tidak sampai disana, perjalanan mengelilingi dunia timur jauh membawa misionaris Perancis sampai ke tanah “paman ho” yang bernama Alexander de Rhodes di Tourane pada 1615 dan berhasil sampai pada tahun berikutnya di datangkan lebih banyak lagi misionaris agama dari prancis sampai pada akhirnya mereka membangun organisasi bernama “Societe des Missions Entrangeres”[5], awalnya laporan sang misionaris atas wilayah temuannya kepada Louis raja Prancis tidak memberikan ancaman yang penting, sebab tidak ada bagian ekonomi di wilayah itu bisa dijadikan sumber penghasil perekonomian yang baik.

Usulan atas pembangunan koloni di Vietnam ditentang oleh sebagian orang di kalangan kerajaan Prancis karena akan menghabiskan biaya ketika Prancis harus mengurusi wilayah kolonial lainya di bagian Afrika. Di pihak lain, sebagian orang beranggapan bahwa pendudukan atas vietnam itu menjadi penting karena prancis bisa membangun sesuatu dalam pengertian basis pangkalan militer di wilayah Asia Tenggara meskipun resiko terbesar nya dia berhadapan dengan Inggris juga Belanda yang sudah mengkapling-kapling wilayah Asia Tenggara menjadi jatah ekonomi nya.

Di sini menjadi menarik karena mulai muncul kelompok baru yang siap bersaing dalam merebutkan wilayah Asia Tenggara, mereka berlomba lomba memeras hasil bumi dan keringat masyarakat setempat dengan metodologi dan teknologi yang beragam sampai tetes perasan terakhir demi kepentingan industrialisasi barat dalam menjalankan roda perekonomian negaranya.

Berbarengan dengan skema penghisapan dan penindasan itu di periode kemunculan gagasan soal Liberalisme yang menyatakan pembalasan hutang budi atau pemanusiaan penindasan muncul kelompok kelompok yang menentang keras praktek kolonialisasi dan imperialisasi ala barat terhadap negaranya singkat kata tumbuh berkembangnya Nasionalisme di sela sela kemajuan penindasan yang terjadi di Asia Tenggara termaksud Vietnam. Pemerintah kolonial Prancis merasa memiliki White Man Burden dan ingin membalas budi kepada penduduk pribumi dan juga menciptakan kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini, Prancis membentuk pendidikan model Eropa yang ditujukan untuk kalangan elite pribumi dan dimaksudkan untuk menjadikan mereka sebagai penguasa lokal yang dapat mengatur wilayahnya agar kepentingan eksploitasi kolonial selaras dengan rakyat.

Pendidikan modern kolonial dimulai pada 1907[6], kemunculan nasionalisme Asia Tenggara juga bisa dipastikan dengan kemenangan orang Jepang atas Rusia pada tahun 1905 yang mematahkan mitos bahwa kulit putih tidak bisa dikalahkan oleh orang orang kulit berwarna. Berkat pendidikan modern itu lah kemudian muncul organisasi politik pertama pada tahun 1906 bernama Viet Nam Duy Tan Hoi (Liga Modern Vietnam) oleh oleh Phan Boi Chau pada 1906 di Jepang, dan gerakan ini didukung oleh pangeran Cuong De.[7]

Pada saat meletus nya Revolusi di China tahun 1911, beberapa pemuda vietnam yakni Phan Boi Chau dan pangeran Cuong De pergi ke China untuk melihat jalannya revolusi yang digerakkan Dr. Sun Yat Sen tersebut. Kemudian pada tahun yang sama, Phan Boi Chau bersama Pangeran Cuong De mendirikan Viet Nam Quong Poc Hoi (Liga Restorasi Vietnam) di Canton [8]. Di era ini tumbuh gerakan-gerakan politik yang radikal dan juga anarkis.

Gerakan komunisme telah hadir di Vietnam dan juga membuat kekacauan-kekacauan politik. Orang Vietnam mengenal komunisme dari Ho Chi Minh yang sebelumnya telah mengenal ideologi tersebut sewaktu ia berada di Eropa. Ho Chi Minh berpandangan bahwa komunisme akan membawa kemerdekaan bagi Vietnam[9]. Pada tahun 1939 pecah Perang Dunia II, negara Prancis porak poranda diserang Nazi Jerman. Sebagian wilayah Prancis kemudian berada di bawah pemerintahan Nazi Jerman, yang dikenal dengan nama Vichy France. 

Wilayah koloninya di Asia Tenggara terancam diokupasi Jepang. Namun nasib koloni Prancis di Asia Tenggara berbeda dengan koloni Inggris maupun Belanda. Prancis tetap memegang administrasi pemerintahan kolonial, walaupun Jepang diperbolehkan mengeksploitasi sumber daya alam dan mendirikan basis militer. Pemerintahan jajahan Prancis pada masa pendudukan Jepang tetap menjalankan kegiatannya dengan intruksi dari pemerintahan negeri induk Vichy France. Pada masa ini tumbuh harapan di kalangan rakyat Vietnam akan kepastian merdeka dari kolonialisme Prancis. 

Pada masa perang tersebut, kelompok-kelompok pro kemerdekaan berhaluan nasionalis mendapat sokongan dari Cina. Mantan-mantan anggota VNQDD yang bersembunyi di Cina, pada bulan Oktober 1942 di kota Luichow membentuk Dai Viet Quoc Dan Dang (Partai Nasionalis Vietnam). Dai Viet kemudian berkoalisi Vietnam Restoration League yang dipimpin pangeran Cuong De. Koalisi ini kemudian dikenal dengan Viet Nam Cach Menh Dong Minh Hoi (Partai Liga Revolusi Vietnam/ disingkat Dong Minh Hoi).[10] 

Sebelumnya, kelompok pro komunis telah membentuk “United Front” yang bertujuan memusatkan kekuatan-kekuatan komunisme di bawah satu komando untuk memerdekakan Vietnam. “United Front” ini dibentuk pada pertemuan komite pusat ICP di bulan Mei 1941 di Kwangsi, China, yang dikenal dengan Viet Nam Doc Lap Dong Minh Hoi (Liga Kemerdekaan Vietnam/ dikenal dengan Viet Minh).[11] Namun, pendirian organisasi ini tak disukai China sebab berhaluan komunis.

China yang pada waktu itu dipimpin oleh rezim Chiang Kai Sek hanya mendukung kubu nasionalis. Ho Chi Minh sempat dipenjara beberapa saat setelah pertemuan di Kwangsi tersebut.[12] Pada 9 Maret 1945, pihak Jepang mengambil alih pemerintahan Vichy France. Bao Dai dari keturunan dinasti Nguyen segera memproklamasikan “kerajaan Annam”-nya tidak lama setelah “coup d’etat” Jepang. Hal ini mendorong kelompok-kelompok pro kemerdekaan untuk segera mengambil tindakan.[13] 

Di bulan Agustus revolusi Vietnam dimulai. Tujuan revolusi adalah kemerdekaan yang mutlak atas negara Vietnam, yang berarti mengusir kekuatan imperialis asing. Pada 10 Agustus 1945 Viet Minh menyatakan perang melawan Jepang. Tanggal 19 di bulan yang sama Viet Minh berhasil menduduki Hanoi, dan sepuluh hari kemudian pemimpin ICP, Ho Chi Minh, membentuk Pemerintahan Sementara yang bertempat di kota Hanoi.

Tidak lama setelah itu, tanggal 2 September 1945 Ho Chi Minh memproklamasikan kemerdekaan Republik Demokratik Vietnam (DRV atau Democratic Republic of Vietnam dalam bahasa Inggris) di Hanoi[14]. Kenyataannya, kemerdekaan Vietnam seutuhnya tidak diakui Prancis. Pasca proklamasi terjadi perang kemerdekaan, yang dikenal dengan “People War”. 

Perang revolusi kemerdekaan dimulai tahun 1949, ketika dimulainya aksi polisionil oleh pihak Prancis. Pemerintahan Bao Dai yang ditunjuk Prancis menciptakan kekecewaan rakyat Vietnam dan berujung pada peperangan antara Vietnam dengan Prancis. Terlebih lagi di pihak RDV yang menginginkan kemerdekaan atas seluruh Vietnam. Tokoh-tokoh RDV, terutama yang berhaluan komunis, tidak mengakui pemerintahan bentukan eks penjajahanya. Perang kembali berkobar, dan berakhir pada jatuhnya benteng pertahanan Perancis di Dien Bien Phu oleh serangan tentara Viet Minh tahun 1954.

Daftra Pustaka
Kahin, George McTurnan (ed). 1980. Governments and Politics of Southeast Asia. Itacha: Cornell University Press
Pike, Douglas. 1968. Vietcong The Organization and Technique of The NLF of South Vietnam. New York: M.I.T Press
Tanham, George K. 1961. Communist Revolutionary War. New York: Frederick A. Preager Publihsher
Trager, Frank N. 1966. Why Vietnam?.New York: Frederick A. Preager Publisher
Josep Buttinger. Vietnam; A Political History. Ney York; Frederick A. Preager Publisher

–– ADVERTISEMENT ––
[1]Josep Buttinger. Vietnam; A Political History, hal : 19. Kerajaan Au Lac hancur pada tahun 207 SM di tangan tentara tentara China.
[2]Kahin(ed). Governments and Political of Southeast Asia, hal : 37
[3]Ibid. hal 38
[4]Menurut Kahin.Ibid. hal 37
[5]Trager.Why Vietnam?. Hal : 25
[6]Ibid. Hal ; 42-43
[7]Ibid. Hal ; 43-45
[8]Ibid. Hal ; 48
[9]Podge and Hammond Rolp. Communist in Vietnam a Documentary Study. Hal ; 17
[10]Trager.Why Vietnam?. Hal : 55
[11]Douglas Pike dalam Viet Cong: The Organization and Technique of The NLF of South Vietnam. Hal 26
[12]Trager.Why Vietnam?. Hal : 56
 [13]George K. Tanham dalam Communist Revolution War, hal 4
[14]Ibid. Hal ; 4




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.